dakwatuna.com – Para istri atau kaum wanita adalah manusia
yang juga mempunyai hak tidak suka kepada laki-laki karena beberapa
sifa-sifatnya. Karena itu kaum lelaki tidak boleh egois, dan merasa benar.
Melainkan juga harus memperhatikan dirinya, sehingga ia benar-benar bisa tampil
sebagai seorang yang baik. Baik di mata Allah, pun baik di mata manusia,
lebih-lebih baik di mata istri. Ingat bahwa istri adalah sahabat terdekat,
tidak saja di dunia melainkan sampai di surga. Karena itulah perhatikan
sifat-sifat berikut yang secara umum sangat tidak disukai oleh para istri atau
kaum wanita. Semoga bermanfaat.
Pertama, Tidak Punya
Visi
Setiap kaum wanita merindukan suami yang mempunyai visi hidup
yang jelas. Bahwa hidup ini diciptakan bukan semata untuk hidup. Melainkan ada
tujuan mulia. Dalam pembukaan surah An Nisa’:1 Allah swt. Berfirman: “Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. Dalam ayat ini Allah dengan tegas
menjelaskan bahwa tujuan hidup berumah tangga adalah untuk bertakwa kepada
Allah. Takwa dalam arti bersungguh mentaati-Nya. Apa yang Allah haramkan
benar-benar dijauhi. Dan apa yang Allah perintahkan benar ditaati.
Namun yang banyak terjadi kini, adalah bahwa banyak kaum
lelaki atau para suami yang menutup-nutupi kemaksiatan. Istri tidak dianggap penting.
Dosa demi dosa diperbuat di luar rumah dengan tanpa merasa takut kepada Allah.
Ingat bahwa setiap dosa pasti ada kompensasinya. Jika tidak di dunia pasti di
akhirat. Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang hancur karena keberanian para
suami berbuat dosa. Padahal dalam masalah pernikahan Nabi saw. bersabda:
“Pernikahan adalah separuh agama, maka bertakwalah pada separuh yang tersisa.”
Kedua, Kasar
Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa wanita diciptakan dari
tulang rusuk yang bengkok. Ini menunjukkan bahwa tabiat wanita tidak sama
dengan tabiat laki-laki. Karena itu Nabi saw. menjelaskan bahwa kalau wanita
dipaksa untuk menjadi seperti laki-laki tulung rusuk itu akan patah. Dan
patahnya berarti talaknya. Dari sini nampak bahwa kaum wanita mempunyai sifat
ingin selalui dilindungi. Bukan diperlakukan secara kasar. Karena itu Allah
memerintahkan para suami secara khusus agar menyikapi para istri dengan lemah
lembut: Wa’aasyiruuhunna bil ma’ruuf (Dan sikapilah para istri itu dengan
perlakuan yang baik) An Nisa: 19. Perhatikan ayat ini menggambarkan bahwa sikap
seorang suami yang baik bukan yang bersikap kasar, melainkan yang lembut dan
melindungi istri.
Banyak para suami yang menganggap istri sebagai sapi perahan.
Ia dibantai dan disakiti seenaknya. Tanpa sedikitpun kenal belas kasihan.
Mentang-mentang badannya lebih kuat lalu memukul istri seenaknya. Ingat bahwa
istri juga manusia. Ciptaan Allah. Kepada binatang saja kita harus belas
kasihan, apalagi kepada manusia. Nabi pernah menggambarkan seseorang yang masuk
neraka karena menyikas seekor kucing, apa lagi menyiksa seorang manusia yang
merdeka.
Ketiga, Sombong
Sombong adalah sifat setan. Allah melaknat Iblis adalah
karena kesombongannya. Abaa wastakbara wakaana minal kaafiriin (Al Baqarah:34).
Tidak ada seorang mahlukpun yang berhak sombong, karena kesombongan hanyalah
hak priogatif Allah. Allah berfirman dalam hadits Qurdsi: “Kesombongan adalah
selendangku, siapa yang menandingi aku, akan aku masukkan neraka.” Wanita
adalah mahluk yang lembut. Kesombongan sangat bertentangan dengan kelembutan
wanita. Karena itu para istri yang baik tidak suka mempunyai suami sombong.
Sayangnya dalam keseharian sering terjadi banyak suami merasa
bisa segalanya. Sehingga ia tidak mau menganggap dan tidak mau mengingat jasa
istri sama sekali. Bahkan ia tidak mau mendengarkan ucapan sang istri. Ingat
bahwa sang anak lahir karena jasa kesebaran para istri. Sabar dalam mengandung
selama sembilan bulan dan sabar dalam menyusui selama dua tahun. Sungguh banyak
para istri yang menderita karena prilaku sombong seorang suami.
Keempat, Tertutup
Nabi saw. adalah contoh suami yang baik. Tidak ada dari
sikap-sikapnya yang tidak diketahui istrinya. Nabi sangat terbuka kepada
istri-istrinya. Bila hendak bepergian dengan salah seorang istrinya, nabi
melakukan undian, agar tidak menimbulkan kecemburuan dari yang lain. Bila nabi
ingin mendatangi salah seorang istrinya, ia izin terlebih dahulu kepada yang
lain. Perhatikan betapa nabi sangat terbuka dalam menyikapi para istri. Tidak
seorangpun dari mereka yang merasa didzalimi. Tidak ada seorang dari para istri
yang merasa dikesampingkan.
Kini banyak kejadian para suami menutup-nutupi perbuatannya
di luar rumah. Ia tidak mau berterus terang kepada istrinya. Bila ditanya
selalu jawabannya ngambang. Entah ada rapat, atau pertemuan bisnis dan lain
sebagainya. Padahal tidak demikian kejadiannya. Atau ia tidak mau berterus
terang mengenai penghasilannya, atau tidak mau menjelaskan untuk apa saja
pengeluaran uangnya. Sikap semacam ini sungguh sangat tidak disukai kaum
wanita. Banyak para istri yang tersiksa karena sikap suami yang begitu tertutup
ini.
Kelima, Plinplan
Setiap wanita sangat mendambakan seorang suami yang mempunyai
pendirian. Bukan suami yang plinplan. Tetapi bukan diktator. Tegas dalam arti
punya sikap dan alasan yang jelas dalam mengambil keputusan. Tetapi di saat
yang sama ia bermusyawarah, lalu menentukan tindakan yang harus dilakukan
dengan penuh keyakinan. Inilah salah satu makna qawwam dalam firman Allah:
arrijaalu qawwamuun alan nisaa’ (An Nisa’:34).
Keenam, Pembohong
Banyak kejadian para istri tersiksa karena sang suami suka
berbohong. Tidak mau jujur atas perbuatannya. Ingat sepandai-pandai tupai
melompat pasti akan jatuh ke tanah. Kebohongan adalah sikap yang paling Allah
benci. Bahkan Nabi menganggap kebohongan adalah sikap orang-orang yang tidak
beriman. Dalam sebuah hadits Nabi pernah ditanya: hal yakdzibul mukmin (apakah
ada seorang mukmin berdusta?) Nabi menjawab: Laa (tidak). Ini menunjukkan bahwa
berbuat bohong adalah sikap yang bertentangan dengan iman itu sendiri.
Sungguh tidak sedikit rumah tangga yang bubar karena
kebohongan para suami. Ingat bahwa para istri tidak hanya butuh uang dan
kemewahan dunia. Melainkan lenbih dari itu ia ingin dihargai. Kebohongan telah
menghancurkan harga diri seorang istri. Karena banyak para istri yang siap
dicerai karena tidak sanggup hidup dengan para sumai pembohong.
Ketujuh, Cengeng
Para istri ingin suami yang tegar, bukan suami yang cengeng.
Benar Abu Bakar Ash Shiddiq adalah contoh suami yang selalu menangis. Tetapi ia
menangis bukan karena cengeng melainkan karena sentuhan ayat-ayat Al Qur’an.
Namun dalam sikap keseharian Abu Bakar jauh dari sikap cengeng. Abu Bakar
sangat tegar dan penuh keberanian. Lihat sikapnya ketika menghadapi para pembangkang
(murtaddin), Abu Bakar sangat tegar dan tidak sedikitpun gentar.
Suami yang cenging cendrung nampak di depan istri serba tidak
meyakinkan. Para istri suka suami yang selalu gagah tetapi tidak sombong. Gagah
dalam arti penuh semangat dan tidak kenal lelah. Lebih dari itu tabah dalam
menghadapi berbagai cobaan hidup.
Kedelapan, Pengecut
Dalam sebuah doa, Nabi saw. minta perlindungan dari sikap
pengecut (a’uudzubika minal jubn), mengapa? Sebab sikap pengecut banyak
menghalangi sumber-sumber kebaikan. Banyak para istri yang tertahan
keinginannya karena sikap pengecut suaminya. Banyak para istri yang tersiksa
karena suaminya tidak berani menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Nabi
saw. terkenal pemberani. Setiap ada pertempuran Nabi selalu dibarisan paling
depan. Katika terdengar suara yang menakutkan di kota Madinah, Nabi saw. adalah
yang pertama kaluar dan mendatangi suara tersebut.
Para istri sangat tidak suka suami pengecut. Mereka suka pada
suami yang pemberani. Sebab tantangan hidup sangat menuntut keberanian. Tetapi
bukan nekad, melainkan berani dengan penuh pertimbangan yang matang.
Kesembilan, Pemalas
Di antara doa Nabi saw. adalah minta perlindingan kepada
Allah dari sikap malas: allahumma inni a’uudzubika minal ‘ajizi wal kasal ,
kata kasal artinya malas. Malas telah membuat seseorang tidak produktif. Banyak
sumber-sumber rejeki yang tertutup karena kemalasan seorang suami. Malas sering
kali membuat rumah tangga menjadi sempit dan terjepit. Para istri sangat tidak
suka kepada seorang suami pemalas. Sebab keberadaanya di rumah bukan memecahkan
masalah melainkan menambah permasalah. Seringkali sebuah rumah tangga diwarnai
kericuhan karena malasnya seorang suami.
Kesepuluh, Cuek Pada
Anak
Mendidik anak tidak saja tanggung jawab seorang istri melainkan
lebih dari itu tanggung jawab seorang suami. Perhatikan surat Luqman, di sana
kita menemukan pesan seorang ayah bernama Luqman, kepada anaknya. Ini
menunjukkan bahwa seorang ayah harus menentukan kompas jalan hidup sang anak.
Nabi saw. Adalah contoh seorang ayah sejati. Perhatiannya kepada sang cucu
Hasan Husain adalah contoh nyata, betapa beliau sangat sayang kepada anaknya.
Bahkan pernah berlama-lama dalam sujudnya, karena sang cucu sedang bermain-main
di atas punggungnya.
Kini banyak kita saksikan seorang ayah sangat cuek pada anak.
Ia beranggapan bahwa mengurus anak adalah pekerjaan istri. Sikap seperti inilah
yang sangat tidak disukai para wanita.
Kesebelas, Menang
Sendiri
Setiap manusia mempunyai perasaan ingin dihargai pendapatnya.
Begitu juga seorang istri. Banyak para istri tersiksa karena sikap suami yang
selalu merasa benar sendiri. Karena itu Umar bin Khaththab lebih bersikap diam
ketika sang istri berbicara. Ini adalah contoh yang patut ditiru. Umar
beranggapan bahwa adalah hak istri mengungkapkan uneg-unegnya sang suami. Sebab
hanya kepada suamilah ia menemukan tempat mencurahkan isi hatinya. Karena itu
seorang suami hendaklah selalu lapang dadanya. Tidak ada artinya merasa menang
di depan istri. Karena itu sebaik-baik sikap adalah mengalah dan bersikap
perhatian dengan penuh kebapakan. Sebab ketika sang istri ngomel ia sangat
membutuhkan sikap kebapakan seorang suami. Ada pepetah mengatakan: jadilah air
ketika salah satunya menjadi api.
Keduabelas, Jarang Komunikasi
Banyak para istri merasa kesepian ketika sang suami pergi
atau di luar rumah. Sebaik-baik suami adalah yang selalu mengontak sang istri.
Entah denga cara mengirim sms atau menelponnya. Ingat bahwa banyak masalah
kecil menjadi besar hanya karena miskomunikasi. Karena itu sering berkomukasi
adalah sangat menentukan dalam kebahagiaan rumah tangga.
Banyak para istri yang merasa jengkel karena tidak pernah
dikontak oleh suaminya ketika di luar rumah. Sehingga ia merasa disepelekan
atau tidak dibutuhkan. Para istri sangat suka kepada para suami yang selalu
mengontak sekalipun hanya sekedar menanyakan apa kabarnya.
Ketigabelas, Tidak Rapi
dan Tidak Harum
Para istri sangat suka ketika suaminya selalu berpenampilan rapi.
Nabi adalah contoh suami yang selalu rapi dan harum. Karena itu para istrinya
selalu suka dan bangga dengan Nabi. Ingat bahwa Allah Maha indah dan sangat
menyukai keindahan. Maka kerapian bagian dari keimanan. Ketika seorang suami
rapi istri bangga karena orang-orang pasti akan berkesan bahwa sang istri
mengurusnya. Sebaliknya ketika sang suami tidak rapi dan tidak harum,
orang-orang akan berkesan bahwa ia tidak diurus oleh istrinya. Karena itu bagi
para istri kerapian dan kaharuman adalah cermin pribadi istri. Sungguh sangat
tersinggung dan tersiksa seorang istri, ketika melihat suaminya sembarangan
dalam penampilannya dan menyebarkan bahu yang tidak enak.
Allahu a’lam
Penulisan : Dr Amir Faishol Fath
Kesimpulan & Ulasan
Sebagai seorang insan yang tidak pernah sempurna, saya bersetuju dengan penulisan ini. Pada pendapat saya, ia harus diambil perhatian oleh golongan rijal. Namun, saya meyakini bahawa pasti di sana, terdapat juga sifat-sifat wanita yang tidak dipersetujui oleh lelaki yang saya yakini ada di dalam diri saya yang harus saya perbaiki semasa ke semasa. Maka, marilah sama-sama kita berusaha untuk membuang sifat-sifat mazmumah, dan menambahkan sifat-sifat mahmudah agar yang lahir dari keperibadian kita adalah peribadi yang ditenangi dan disenangi oleh insan-insan lain.
Namun, sebagai kesimpulan akhir saya, setiap insan harus mendalami sifat-sifat manusia ini untuk mengenali diri sendiri, pasangan juga masyarakat sekeliling kerana setiap hari kita akan berkomunikasi dengan insan bernama manusia. Ingatlah bahawa, komunikasi kita ini boleh membesarkan masalah kecil, atau mengecilkan masalah besar!
" Berilah nasihat dengan sehikmah mungkin, namun, terimalah nasihat dalam apa cara sekalipun " - Prof Dr Rosni Abdullah.
Semoga Allah swt sentiasa menguniakan limpahan rahmat dan keampunanNya kepadaku, kedua ibu bapaku, kedua ibu bapanya, kedua ibu bapa angkatku, beliau yang daku hormati, para sahabatku, anak-anak didikku, serta seluruh insan di dunia ini. Amin.
Insan yang tidak pernah sempurna,
Penawarhati90,
12.00am
5 Zulkaedah 1434 H bersamaan 11 September 2013
Pulau Langkawi, Kedah
Tiada ulasan:
Catat Ulasan